Welcome Magenta

Jumat, 01 April 2011

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR HIPOFISE : HIPERPITUITARI Dan HIPOPITUITARI

A. HIPERPITUITARI
1. Pengertian
Hiperpitutari: suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofise sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormone atau lebih

2. Etiologi / Predisposisi
Penyebab dari hiperpituitari adalah akibat adanya tumor atau hiperplasi kelenjar hipofise.

3. Patofisiologi
Hiperfungsi kelenjar hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk tergantung pada sel mana yang mengalami hiperfungsi. Biasanya kelenjar mengalami pembesaran, disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri dari satu jenis sel atau lebih.
Jenis-jenis tumor yang mungkin terjadi :
a. Prolaktinoma (adenoma laktotropin ) biasanya adalah tumor kecil, jinak yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin.
b. Adenoma somatotropik : terdiri dari sel-sel yang mensekresi hormon pertumbuhan.
c. Adenoma kortikotropik : terdiri dari sel-sel pensekresi ACTH

4. Manifestasi Klinik
Pada prolaktinoma gejala yang khas adalah sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstrulasi (yang bersifat primer dan sekunder ), galaktorea (sekresi ASI diluar masa kehamilan dan menyusui ) dan infertilitas.
Pada adenoma somatotropik gejala klinik tergantung pada usia saat terjadi kondisi ini. Pada klien pre pubertas mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien post pubertas mengakibatkan akromegali yang ditandai dengan perbesaran ekstremitas ( jari, tangan kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ –organ dalam juga turut membesar (mis : kardiomegali).

5. Penatalaksanaan
Hipofisektomi adalah tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui pembedahan. prosedur operasi tersebut mencakup tindakan tranpenoidal hiposektomi dengan narkose. Insisi pada lapisan dalam bibir atas masuk ke sella tursika melalui sinus spenoidalis. Yang kedua adalah tranfrontal kraniotomi yaitu dengan membuka rongga kranium melalui tulang frontal.

6. Pengkajian
a. Demografi
Kaji usia dan jenis kelamin pasien
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
b). Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
c). Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
d). Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
e). Nyeri kepala.
f). Gangguan penglihatan.
g). Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
2). Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan
3). Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

c. Pemeriksaan fisik
1). Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, tulang supraorbita menjolok.
2). Kepala, tangan / lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
3). Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan visus.
4). Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak. Pada pemeriksaan ditemukan mobilitas terbatas.
5). Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali.
6). Hipertensi.
7). Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar.

d. Pemeriksaan diag nostik mencakup :
1). Kadar prolaktin serum, ACTH, GH.
2). Foto tengkorak
3). CT scan otak, angiografi
4). Tes supresi dengan Dexametason, tes toleransi gukosa.

7. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
b. Difungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido; infertilitas

8. Intevensi Keperawatan
a. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
1). Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan penampilan tubuhnya
2). Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat di kembangkan oleh klien
3). Yakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan (ginekomastia, galaktoria)
4). Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5). Kolaborasi pemberi obat-obatan seperti: Bromokriptin (parladel). Merupakan obat pilihan pada klien prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien dangan akromegali, untuk menguragi ukuran tumor. 

b. Identifikasi masalah spesifik yang berhubugan dengan pengalaman klien terhadap fungsi seksualnya.
1). Dorong agar klien mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
2). Kolaborasi pemberian obat- oabatan Bromokriptin.
3). Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin

B. HIPOPITUITARI
1. Pengertian
Hipopituitari adalah insufisiensi hipofisis akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofise.(keperawatan medical bedah, hal :233)
Hipopituitari adalah penurunan atau tidak ada sekresi satu atau lebih hormone kelenjar hipofisis anterior. (standar perawatan pasien, hal :399 )

2. Etiologi
Faktor- faktor yang dapat menyebabkan hipopituitari diantaranya adalah :
a. sekunder dari tumor – tumor jinak atau ganas metastasik desak ruang.
b. Vaskuler. Perdarahan ke dalam adenoma hipofisis; infark post partum (sindrom seehan ); aneurisma arteri karotis.
c. Infiltrasi dan granuloma. Histiositosis, sarkoidosis, hemokromatosis.
d. Infeksi. Tuberculosis, pasca meningitis.
e. Traumatic. Setelah cedera kepala.
f. Sindrom sela tursika yang kosong. Primer atau sekunder dari infark tumor hipofisis.
g. Hipopituitari idiopatik
h. Defek congenital seperti pada dwarfisme pituitary /hipogonadisme.

3. Patofisiologi
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila gangguannya terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat pada hipotalamus.
Jenis dari hipo pituitary diantaranya adalah :
a. Panhipopituitarisme. Pada orang dewasa dikenal sebagai penyakit simmonds.
b. Diabetes insipidus ditandai dengan kurangnya ADH sekunder terhadap lesi yang menghancurkan hipotalamus, stalk hipofise, atau hipofise posterior.

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik tergantung pada patologi dasarnya . kelelahan , depresi, anemia umum ditemukan dan tidak spesifik. Gambaran lain bergantung pada derajat defisiensi endokrin antara lain amenore, impotensi, serta gejala dan tanda hipotiroidisme bersama kehilangan rambut tubuh generalisata dan hipotensi.klien dapat pula mengalami intoleransi terhadap dingin, nafsu makan buruk, penurunan berat badan. Pada diabetes insipidus mengeluarkan urine hipotonik dalam jumlah yang besar (5-6 liter/hari).

5. Penatalaksanaan.
Atasi penyakit dasarnya. Terapi pengganti yang sesuai dengan tiroksin 50-200 mg perhari, hidrokortison 10-30 mg perhari , estgrogen dan antrogen khususnya pada pasien di bawah usia 50 tahun. Terapi dengan hormone pertumbuhan (manusia atau sintetik) diindikasikan pada kasus cebol. Semprot hidung desmopressin pada diabetes insipidus: kadang cukup dengan pemberian klorpropamid peroral pada kasus-kasus ringan.

6. Pengkajian.
a. Demografi
kaji usia dan jenis kelamin pasien.
b. Riwayat kesehatan.
1. Keluhan utama
pertumbuhan lambat , ukuran otot dan tulang kecil, tanda-tanda sekse sekunder tidak berkembang, infertilitas, impotensi, libodo menurun.
2. Riwayat penyakit sekarang
sejak kapan keluhan dirasakan. Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa pra remaja.
Apakah keluhan dirasakan sejak lahir ?
3. Riwayat penyakit dahulu.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.

c. Pemeriksaan fisik.
1. Amati bentuk,dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan , amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut aksila dan pubis dan pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut di wajah.
2. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.

d. Pemeriksaan penunjang.
1. Foto kranium untuk melihat adanya pelebaran atau erosi sella tursika.
2. Pemeriksaan serum darah; LH dan FSH, GH< prolaktin kortisol, aldosteron, testosterone, androgen, test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid realizing hormon.

7. Diagnosa Keperawatan.
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik fisik
b. Gangguan pola seksualitas behubungan dengan defisiensi hormonal.

8. Intervensi Keperawatan.
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik fisik
1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan perubahan fisik
2. Bantu pasien dalam mengembangkan mekanisme koping untuk mengatasi perubahan.
3. Berikan pada klien kualitas yang memberikan efek positif pada citra tubuh.
4. Jawab pertanyaan dan klarifikasi salah pengertian mengenai diagnosis dan perubahan permanent atau regresi permanent.
5. Peragakan penerimaan pasien dan berikan dorongan orang lain untuk melakukan hal yang sama.
6. Berikan penekanan perilaku yang memperlihatkan penerimaan terhadap perubahan.

b. Gangguan pola seksualitas yang berhubungan dangan defisiensi hormonal
1. Pertahankan privasi dan kerahasian.
2. Gali dengan pasien dan/atau orang terdekat pola seksual yang biasa dan bagai mana diagnosa terahir dapat mempengaruhi pola tersebut
3. Berikan dorongan pada pasien dan/atau orang terdekat untuk menggali arternatif dari pola biasa dan mempertimbangkan keterbatasan karena penyakit
4. Berikan rujukan pada personal yang berkepentingan bila pasien menginginkannya
5. Gali bersama pasien dan/orang terdekat alternatif untuk menjadi orang tua bila memungkinkan.

DAFTAR PUSTAKA
Boughman, Diane C, JoAnn c Hackley.2000. Keperawatan Medical Bedah : Buku Saku Untuk Perawat Brunner & Sudarth. Jakarta : EGC.
Rumahoro, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC.
Tucker , Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosa, dan Evaluasi. Jakarta : EGC.
Wise, Peter H. 1993. Atlas Bantu Endokrinologi. Jakarta : Hipokrates.
www. Google. com

ASKEP Klien Dengan Tumor Otak

A. Pengertian
Tumor otak merupakan pertumbuhan abnormal dari perkembangan asal, primer, metastatik, yang terjadi di dalam otak atau struktur penyokong. Tumor otak atau tumor intracranial dapat diartikan sebagai neoplasma atau proses desak ruang ( space occupying lession ) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial. Di dalam hal ini mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningens, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya.
Selain pengertian di atas, tumor otak juga mempunyai definisi sebagai neoplasma intracranial local. Tumor dapat timbul di setiap jaringan system saraf pusat (SSP) atau metastase dari tumor di tempat lain pada tubuh.Tumor otak merupakan lesi yang terletak pada intracranial yang menempati ruang di dalam tengkorak.
Klasifikasi tumor otak berkaitan dengan gradasi keganasan, meliputi :
- Grade I : deferensiasi sel 75-100 %
- Grade II : deferensiasi 50-75 %
- Grade III : deferensiasi 25-50 %
- Grade IV : deferensiasi 0-25 %
Jenis tumor otak pada lokasi spesifik, meliputi :
- Tumor pada system ventrikel
- Tumor pada daerah thalamus
- Tumor pada khiasma/Sella Tursika
- Tumor pada daerah pineal/epifise
- Tumor batang otak
- Tumor daerah serebelum
- Tumor congenital
- Tumor metastasis pada otak
- Granuloma

B. Etiologi
Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Tumor-tumor selalu tumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua kejadian patofisiologi sebagai berikut :
- Peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan edema serebral.
- Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologist vocal.
- Hidrosefalus
- Gangguan fungsi hipofisis.
Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20 % dari semua penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20 % sampai 40 % dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit ( melanoma ).
Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia ( sel glia membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medulla spinalis ) dan merupakan supratentorial ( terletak di atas penutup serebelum ). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya peningkatan TIK.

C. Patofisiologi
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intra cranial.
Gangguan fokal terjadi akibat tedapat penekanan pada jaringan otak dan ilfiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Peningkatan tekanan intra cranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalah tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa apabila terjadi dengan cepat.

D. Manifestasi Klinik
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.
Secara umum presentasi klinis pada kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari peninggian tekanan intracranial, namun sebaliknya gejala neurologis yang bersifat progresif, walaupun tidak jelas ada tanda-tanda peninggian tekanan intracranial, perlu dicurigai adanya tumor otak.
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papilema ( “choked disc” atau edema saraf optic ), perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan vocal motorik, sensorik dan disfungsi saraf kranial. Selain itu juga dapat muncul gangguan memori dan gangguan alam perasaan.

E. Penatalaksanaan
Modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakan-tindakan :
1. Terapi operatif
Tindakan operasi pada tumor otak ( khususnya yang ganas) bertujuan untuk mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi internal mengingat bahwa obat-obatan antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus-menerus.
2. Terapi konservatif ( nonoperatif ) :
- Radioterapi
Radioterapi untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan menggunakan sinar X dan sinar gamma, disamping juga radiasi lainnya seperti : proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson. Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh beberapa factor :
a. Terapi yang baik dan tuidak melukai struktur kritis lainnya,
b. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal,
c. Tipe sinar yang disinar,
d. Metastasis yang ada,
e. Kemampuan sel normal untuk repopulasi, dan
f. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antarfraksi radiasi.
- Kemoterapi
Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum mempunyai nilai keberhasilan yang bermakna sekali.
- Immunoterapi
Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi immunologi tubuh sehingga diharapkan dengan melakukan restorasi system imun dapat menekan pertumbuhan tumor.

F. Pengkajian Fokus
1. Demografi: nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, golongan darah, alamat dll.
2. Riwayat kesehatan:
a. Keluhan utama : sakit kepala pagi hari, anoreksia, nyeri, diare, muntah, papiladema, perubahan status mental dan malaise.
b. Riwayat kesehatan sekarang : kejang, gangguan berjalan, keburukan penglihatan, perubahan kepribadian, perubahan kemampuan mengingat, kelemahan vokal dan afasia
c. Riwayat dahulu : masalah pernapasan, masalah eliminasi dan berkemih, gangguan tidur dan integritas kulit.
3. Pemeriksaan fisik :
a. Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis.
b. Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur.
c. Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
d. Jantung : bradikardi, hipertensi.
e. Sistem pernapasan : irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan napas, disfungsi neuromuskuler.
f. Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus.
g. Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial sekunder terhadap tumor.
2. Potensial terhadap defisit perawatan diri hygiene, makan, toileting, dan/atau mobilitas berhubungan dengan gangguan persepsi, kognitif, dan/atau neurologist.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan edema sekitar tumor
4. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.

H. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial sekunder terhadap tumor.
Intervensi :
a. Dapatkan dan catat riwayat dari tanda dan gejala, pantau tanda kemajuan.
b. Kaji tanda kesadaran tiap 4 sampai 5 jam ( gunakan skala Glasgow untuk pengkajian cepat )
c. Kaji kualitas dan kekuatan otot-otot wajah dan ekstremitas setiap 4 sampai 5 jam.
d. Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan, dan lakukan pemeriksaan neurologi setiap 2 sampai 4 jam.
e. Pantau terhadap dan lakukan tindakan ketika terjadi tanda peningkatan intracranial.
f. Pertahankan tindakan kewaspadaan kejang.
g. Gunakan pagar tempat tidur dengan bantalan.
h. Gunakan restrain yang lembut.
i. Pertahankan lingkungan yang tenang.
j. Periksa suhu rectal setiap 2 sampai 4 jam.
k. Berikan obat-obatan sesuai pesanan.
l. Pantau terhadap tanda perubahan mental dan kepribadian.
Hasil yang diharapkan :
- Pasien memperlihatkan peningkatan atau perfusi jaringan serebral menjadi normal.
- Tanda neurologist dalam batas yang dapat diterima.
- Pasien berorientasi dan sadar.
- Tidak terdapat tanda TIK.

2. Potensial terhadap deficit perawatan diri : hygiene, makan, toileting, dan/atau mobilitas berhubungan dengan gangguan persepsi, kognitif, dan/atau neurologis.
Intervensi :
a. Kaji derajat ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas : mandi, makan, toileting, dan mobilitas.
b. Pantau terhadap tanda ketidakmampuan progresif.
c. Bantu saat melakukan perawatan hygiene fisik sesuai indikasi.
d. Lakukan hygiene oral.
e. Lakukan perawatan kulit.
f. Biasakan pasien dengan lingkungan sekitar bila pandangan mata dan/atau lapang pandang mengalami gangguan .
g. Pastikan terhadap eliminasi.
h. Gunakan kateter indwelling atau kateter kateter eksternal sesuai indikasi.
i. Lakukan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan.
j. Pastikan pasien menghindari konstipasi dan mengejan dengan menggunakan pelunak feses dan laksatif ringan.
k. Ambulasi sesuai toleransi ; Bantu sesuai kebutuhan dengan menggunakan kursi roda, alat bantu jalan, atau tongkat.
l. Bila pasien tidak mampu untuk ambulasi, Bantu dan ajarkan pasien untuk berbalik, batuk, dan nafas dalam setiap 2 jam.
m. Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat.
n. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif pada semua ekstremitas setiap 4 sampai 5 jam.
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi.

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan edema sekitar tumor.
Intervensi:
a. Berikan ruang yang tenang, ruang yang agak gelap sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sesnsitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat / relaksasi.
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
Rasional: menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
c. Letakkan kantung es pada kepala, akan dingin di atas mata.
Rasional: meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.
d. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman.
Rasional: menurunkan adanya iritasi, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
Hasil yang diharapkan:
Nyeri hilang / terkontrol
Klien rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktifitas dengan tepat.

4. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah
Intervensi:
a. Tingkatkan intake makanan melalui:
i. Mengurangi gangguan dan lingkungan seperti berbisik dan sebagainya.
ii. Jaga privasi klien.
iii. Jaga kebersihan ruangan.
Rasional: secara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.
b. Jaga kebersihan mulut klien.
Rasional: mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.

c. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
d. Berikan feedback yang positif tentang peningkatan intake berat badan
Rasional: meningkatkan kepercayaan untuk meningkatkan makan
Hasil yang diharapkan:
Terjadi peningkatan BB sesuai batasan waktu
Peningkatan status gizi

DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A., Loraine M Wilson. 1995. Patofisiologi, konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Satyanegara. 1998. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & suddarth. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin . 1998. Standar Perawatan Pasien : proses perawatan, diagnosis,dan evaluasi. Jakarta : EGC
www.google.com copyright© www.medicastore.com 2004_tumor otak

Komunikasi Dalam Keperawatan

PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih saying / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi termasuk “therapeutic use of self” dan “helping relationship” untuk praktek keperawatan, sikap dan tehnik serta dimensi hubungan dari komunikasi terapeutik.

A. PENGERTIAN DAN JENIS KOMUNIKASI
    Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.  

    1. Komunikasi Verbal
    Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
    seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
    a. Jelas dan ringkas
    Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
    Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
    b. Perbendaharaan Kata
    Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
    c. Arti denotatif dan konotatif
    Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
    d. Selaan dan kesempatan berbicara
    Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
    e. Waktu dan relevansi
    Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
    f. Humor
    Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

    2. Komunikasi Non-Verbal
    Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal teramati pada:
    1. Metakomunikasi
    Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
    2. Penampilan Personal
    Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
    3. Intonasi (Nada Suara)
    Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
    4. Ekspresi wajah
    Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
    5. Sikap tubuh dan langkah
    Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
    6. Sentuhan
    Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati. 

    B. KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT
    Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang memntingkan dirinya sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa “human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian. 

    C. TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
        Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:
        1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
        Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
        a. Pandang klien ketika sedang bicara
        b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
        mendengarkan.
        c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki
        atau tangan.
        d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
        e. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan
        umpan balik.
        f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
        2. Menunjukkan penerimaan
        Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang
        a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
        b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.
        c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.
        d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.
        Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang anda ucapkan.” (cocok 1987)
        3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
        Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
        4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
        Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ono, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
        Contoh: - K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”
        - P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”
        5. Klarifikasi
        Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
        Contoh: - “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan”
        - “ Apa yang katakan tadi adalah…….”
        6. Memfokuskan
        Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.
        Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.
        7. Menyampaikan hasil observasi
        Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
        Contoh: - “ Anda tampak cemas”.
        - “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”
        8. Menawarkan informasi
        Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
        9. Diam
        Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
        10. Meringkas
        Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
        Contoh: - “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”
        11. Memberikan penghargaan
        Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”. Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan demikian.”
        Contoh: - “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”
        - “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.
        Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah terpuji, karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab.
        12. Menawarkan diri
        Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
        Contoh: - “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”
        13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
        Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topic pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.
        Contoh: - “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”
        - “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”
        - “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”
        14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
        Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan
        Contoh: - “…..teruskan…..!”
        - “…..dan kemudian….?
        - “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”
        15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya. Contoh: - “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.
        - “Kapan kejadian tersebut terjadi”.
        16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
        Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
        Contoh: - “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan
        dioperasi”
        - “Apa yang sedang terjadi”.
        17. Refleksi
        “Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
        Contoh: K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”
        P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”
        K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya.
        P: “Ini menyebabkan anda marah”.

        Dimensi tindakan
        Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri perawat, katarsis emosional, dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995, h.23). Dimensi ini harus diimplementasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsif.
        1. Konfrontasi
        Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yang bermanfaatn untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi
        yaitu:
        a. Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri (cita-cita/keinginan klien)
        b. Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien
        c. Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat
        Konfrontasi seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah. Oleh karena itu sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya dengan klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat berguna untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.
        2. Kesegeraan
        Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.
        3. Keterbukaan perawat
        Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dan sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, h.134) ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien menurunkan tingkat kecemasan perawat klien
        4. Katarsis emosional
        Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan maslahnya. Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaanya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.
        5. Bermain peran
        Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan antara manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain; juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi yang baru dalam lingkungan yang aman.

        KESIMPULAN
        Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memrlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
        Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

        DAFTAR RUJUKAN PUSTAKA
        Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan
        Kanus, W.A. Et.al. (1986). An evaluation of outcome from intensive care in major
        medical centers. Ann Intern Med 104, (3):410
        Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. (1983). Introduction to person-centered
        nursing. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
        Potter, P.A & Perry, A.G. (1993) Fundamental of Nursing Concepts, Process and
        Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year Book
        Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995). Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition.
        St.Louis: Mosby Year Book
        Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995).Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St.
        Louis: Mosby Year Book
        Sullivan, J.L & Deane, D.M. (1988). Humor and Health. Journal of qerontology
        nursing 14 (1):20, 1988

        Selasa, 15 Maret 2011

        DISRITMIA

        A. Pengertian
        Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang melipiti gangguan frekuensi atau irama atau keduanya.atau bisa di definisikan dengan menganalisa gelombang EKG. Disritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Misalnya disritmia yang berasal dari nodus sinus (nodus SA) dan frekuensinya lambat dinamakan sinus bradikardia. Ada empat kemungkinan tempat asal disritmia, yaitu nodus sinus, atria, nodus AV atau sambungan, dan frentrikel. Gangguan mekanisme hantaran yang mungkin dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter, fibrilasi, denyut prematur, dan penyekat jantung.

        B. Anatomi fisiologi
        1. Sifat Otot Jantung: Otot jantung memiliki sifat fisiologis yaitu eksitabilitas, otomatisitas, konduktivitas, dan kontraktilitas.
        2. Eksitabilitas adalah kemampuan sel miokardium untuk merespons stimulus
        3. Otomatisitas memungkinkan sel mencapai potensial ambang dan membangkitkan impuls tanpa adanya stimulasi dari sumber lain.
        4. Konduktivitas mengacu pada kemampuan otot untuk menghantarkan impuls dari satu sel ke sel lain.
        5. Kontraktilitas memungkinkan otot untuk memendek pada saat terjadi stimulasi apabila semua sifat tersebut utuh, otot jantung distimulasi oleh impuls yang berasal dari nodus sinus.
        Disritmia dapat muncul, apabila terjadi ketidak seimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Ketidak seimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Pada infark miokard, terjadi peningkatan respons miokardium terhadap estimulus akibat penurunan oksigenasi kemiokardium, yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas. Hal ini merupakan salah satu contoh yang paling sering menyebabkan disritmia.
        Jalur hantaran Normal.ketika suatu impuls timbul pada nodus sinus, maka akan diikuti suatu jalur listrik normal impuls yang berjalan dari nodus sinus melalui atria ke nodus AV atau sambungan, yang juga meliputi berkas his. Impuls akan diperlambat dinodus AV agar fentrikel selesai terisi darah dari nodus AV impuls bejalan sangat cepat melalui cabang-cabang perkas his.berakhir di serat purkinje pada dinding untuk memulai sistole.
        Sistem Saraf Otonom.jantung bekerja di bawah kendali sisitem saraf otonom, yang terdiri dari serat simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis juga dikenal sebagai adrenegris, yang berasal dari kata dasar adrenal, jadi stimulasi sistem simpatis akan mempercepat prekuensi jantung, meningkatkan tekanan darah, dan memperkuat kontraksi miokard, sebaliknya stimulasi para simpatis, akan memperlambat jantung menurunkan tekanan darah, dan mengurangi frekuensi kontraksi.

        C. Tipe- Tipe Disritmia
        1. Disritmia Nodus Sinus
        a. Bradikardi Sinus
        Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan tekanan intrakranial, atau invamiokard (MI). Bradikardi sinus juga di jumpai pada olah ragawan berat, orang yang sangat kesakitan, atau orang yang mendapat pengobatan (propranolol, reservin, metildopa) pada keadaan hipoendokrim (miksedema, penyakit adison, panhipopituitarisme) pada anoreksia nerposa, pada hipotermia, setelah kerusakan bedah nodus SA
        Frekuensi: 40-60 denyut per menit
        Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS interval PR normal
        Kompleks QRS: biasanya normal
        Hantaran: biasanya normal
        Irama: reguler
        b. Takikardi Sinus
        Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam, kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif (CHF = congestive heart failuire), nyeri, keadaan hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik., pola EKG takitardi sinus adalah sebagai berikut:
        Frekuensi: 100 sampai 80 denyut per menit
        Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam
        g3lombang T yang mendahuluinya; interval PR normal
        Kompleks QRS: biasanya mempunyai durasi normal
        Hantaran: biasanya normal
        Irama: reguler
        Semua aspek takikardi sinus sama dengan irama sinus normal kecuali frekuensinya tekanan sinus karotis, yang dilakukan pada salah satu sisi leher, mungkin efektif memperlambat frekuensi untuk sementara, sehingga dapat membantu menyingkirkan disritmia lainnya. Begitu frekuensi jantung meningkat, maka waktu pengisian diastolel menurung, mengakibatka penurunan curah jantung kemudian timbul gejalah sinkop dan tekanan darah rendah, bila frekuensi tetap tinggi dan jantung tidak mampu mengkompensasi dengan menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat mengalami edema paru akut.
        2. Disritmia atrium
        a. Kontraksi prematur atrium
        Kontraksi prematur atrium (PAC = prematur atrium kontraksen) dapat di sebabkan oleh iritabilitas otot atrium karena kavein, alkohol, nikotim, miokardium atrium yang teregam seperti gagal jantung kongestif ( CHF = kongestive haert hailure), sters atau kecemasan, hipokalemia ( kadar kalium rendah), cedera, invak, atau keadaan hipermetabolik.
        Kontraksi prematur atrium mempunyai
        Frekuensi: 60-100 denyut per menit
        Gelombang P: biasanya mempunyai komfigurasi yang berbeda dengan
        gelombang P yang berasal dari nodus SA. Tempat lain pada atrium
        telah menjadi retabel (peningkatan otomatisasi) dan melepaskan
        impuls sebelum nodus SA melepaskan impuls secara normal. Interval
        PR dapat berbeda dengan interval impuls yang berasal dari nodus SA. Kompleks QRS: biasanya normal, menyimpan, atau tidak ada. Bila
        fentrikel sudah menyelesaikan fase repolisasi, mereka dapat merekan
        stimulus atrium ini dari awal.
        Hantaran: biasanya normal
        Irama: reguler, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi lebih
        awal dalam siklus dan biasanya tidak akan mempunyai jeda,
        kompensasi yang lengkap.( waktu antara kompleks yang mendahului
        kompleks yang mengikuti lebih pendek dari waktu untuk dua interval
        RR).
        b. takikardia atrium paroksimal
        Takikardi atrium paroksimal ( PAT= proksimal atrium tachycardia) adalah takikarti atrium yang di tandai tengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Dapat di cetuskan pada emosi, tembakau, kavein, kelelahan, pengobatan simpatomimeti, atau alkohol.
        Ferkuensi: 150-250 denyut permenit: ektopit dan mengalami distorsi di
        banding gelombang P normal, dapat ditemukan pada awal gelombang
        P, interval PR memendek ( - dari 0,12 detik),
        Kompleks QR: biasanya normal, tetapi dapat mengalami tistosi apabila
        terjadi penimpangan hantaran.
        Hantaran: biasanya normal
        Irama: reguler
        c. fluter Atrium
        fluter atrium terjadi bila ada titik fokus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat impuls antara 250-400 kali per menit. Karakter penting pad disritmia ini adalah terjadinya penyekat terapi terhadap nodus AV, yang menjegah penghantaran beberapa impuls.
        Fluter atrium di tandai sebagai berikut.
        Frekuensi: frekuensi atrium antara 250-400 denyut per menit.
        Irama: reguler atau iraguler, tergantung jenis penyekatnya
        Gelombang P: tidak ada, melainkan di ganti oleh pola gigi gergaji yang di
        hasilkan oleh fokus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang ini di sebut sebagai gelombang F.
        Kompleks QRS: konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga
        normal.
        Gelombang T: ada namun bisa tertutup oleh gelombang fluter.
        d. Fibrilasi Atrium
        Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung ateroskletorik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung kongenital.
        Fibrilasi atrium ditandai sebagai berikut:
        Frekuensi: frekuensi atrium 350-600 denyut per menit; respons ventrikuler
        biasanya 120-200 denyut per menit.
        Gelombang P: tidak terdapat gelombang f , interval PR tidak dapat diukur.
        Kompleks QRS: biasanya normal
        Hantaran: biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons
        ventrikel ireguler, karena nodus AV. Tidak berespons terhadap vrekuensi atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan penyebabnya ventrikel berespons ireguler.
        Irama: ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Iregularitas irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran nodus AV.
        3. Disritmia Ventrikel
        a. Kontraksi Prematur Ventrikel
        kontraksi prematur ventrikel (PVC = premature ventricular contraction) terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel otak ventrikel. PCV bisa di sebabkan oleh konsisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin.
        Kontraksi prematur ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut:
        Frekuensi: 60-100 denyut per menit
        Gelombang P: tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel.
        Kompleks QRS: biasanya lebar dan aneh,berdurasi lebih dari 0.10 detik
        Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan
        atrium.
        Irama: ireguler bila terjadi denyut prematur.
        b. Bigemini Ventrikel
        Bigemini ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri koroner, MI akut CHF. Istila begemini mengacu pada kondisi dimana setiap denyut adalah prematur:
        Frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun, tetapi
        biasanya kurang dari 90 denyut per menit.
        Gelombang P: seperti yang di terangkan pada PVC; padat tersembunyi
        dalam kompleks QRS.
        Kompleks QRS: setiap denyut adalah PVC dengan kompleks QRS yang
        lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap.
        Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal,
        namun
        PVC yang mulai berselang seling pada ventrikel akan mengakibatkan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium
        Irama: ireguler
        c. Takikardi Ventrikel
        Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus di anggap sebagai keadaan gawat darurat. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardi ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
        Frekuensi: 150-200 denyut per menit.
        Gelombang P: biasanya tenggelam dalam kompleks QRS: bila terlihat,
        tidak selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS.
        Kompleks QRS: mempunyai konfigurasi yang sama dengan konfigurasi
        yang sama dengan konfigurasi PVC- lebar dan aneh, dengan gelombang T terbalik.
        Hantaran: berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran
        retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
        Irama: biasanya reguler.
        d. Fibrilasi ventrikel
        Vibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini denyut jantung tidak terdengar dn tidak teraba, dan tidak ada respirasi.
        Vibrilasi ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut:
        Frekuensi: cepat, tak terkoordinasi, tak efektif.
        Gelombang P: tidak terlihat.
        Kompleks QRS: cepat, undulasi ireguler tampa pola yang khas
        (multifokal).
        Hambatan: banyak fokus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat
        yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi
        ventrikel.
        Irama: sangat iraguler dan tidak terkoordinasi, tampa pola yang khusus.
        4. Abnormalitas Hantaran
        a. penyekat AV Derajat-satu
        Penyekat AV derajat satu biasanya derhubungan dengan penyakit jantung organik atau mungkin disebabkan oleh efek digitalis.
        Penyakit jantung derajat satu mempunyai karakteristik sebagai berikut:
        Frekuensi: bervariasi, biasanya 60-100 denyut per menit
        Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS. Interval PR berdurasi
        lebih besar dari 0,20 detik.
        Kompleks QRS: mengikuti setiap gelombang P,biasanya normal
        Hantaran: hantaran menjadi lambat,biasanya disetiap tempat antara jaringan penyambung dan jaringan purkinje, menghasilkan interval PR yang panjang. Hantaran fentrikel biasanya normal.
        Irama: biasanya reguler
        b. Penyekat AV Derajat-Dua
        Penyekat AV derajat-dua juga dusebabkan oleh penyakit jantung organik, bentuk penyekat ini menghasilkan penurunan frekuensi jantung dan biasanya penurunan curah jantung .
        Penyakit AV derajat-dua mempunyai karakteristik sebagai berikut:
        Frekuensi: 30-55 denyut per menit.
        Gelombang P: terdapat dua, tiga, atau empat gelombang P untuk setiap
        kompleks QRS.
        Kompleks QRS: Biasanya normal.
        Hantaran: satu atau dua implus tidak di hantarkan ke fentrikel
        Irama: biasanya lambat dan reguler
        c. Penyakit AV Derajat-Tiga
        Penyakit AV derajat tiga juga berhubungan dengan penyakit jantung organik, intoksikasi digitalis, dan MI. Frekuensi jantung berkurang daratis, mengakibatkan penurunan pervusi di organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, paru dan kulit. Penyekat lengkap – penyekat AV derajat tiga-mempunyai karakteristik sebagai berikut:
        Asal: impuls berasal dari nodus AS, tetrapi tidak di hantarkan ke serat purkin je.
        Frekuensi: frekuensi atrium, 60 sampai 100 denyut per menit, frekuensi ventrikel, 40 sampai 100 denyut per menit bila irama yang lolos berasal
        dari daerah penyambung, 20-40 denyut per menit bila irama yang lolos berasal dari ventrikel.
        Gelombang P: gelombang P yang berasal dari nodus SA terlihat reguler
        sepanjang irama, namun tidak ada hubungan dengan kompleks QRS.
        Kompleks QRS: bila lolosnya irama berasal dari daerah penyambung,
        maka kompleks QRS mempunyai konfigurasi supraventrikuler yang
        normal, tetapi tidak berhubungan dengan gelombang P.
        Hantaran: nodus SA melepaskan implus, dan gelombang P dapat di lihat.
        Irama: biasanya lambat tapi reguler.
        d. Asistole ventrikel
        Pada asistole ventrikel tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut jantung, denyut nadi dan pernapasan. Asistole ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
        Frekuensi: tidak ada
        Gelombang P: mungkin ada
        Kompleks QRS: tidak ada
        Hantaran: kemungkinan hanya melalui atrium
        Irama: tidak ada.

        D. Interpretasi EKG
        a. Prosedur Menjalankan Elektrokardiogram
        EKG standar terdiri dari 12 lead. Informasi yang berhubungan dengan aktivitas listrik jantung diperoleh dengan menempatkan elektrode pada permukaan kulit pada posisi anatomis standar.beberapa posisi elektroda yang di pantau di sebut lead. Misalnya, lead 1 mengukur aktivitas listrik antara lengan kiri dan lengan kanan

        Minggu, 13 Maret 2011

        TANAMAN HERBAL

        Beberapa Jenis Tanaman Herbal
        A. TANAMAN HERBAL UNTUK MENGOBATI TONSILITIS (AMANDEL)
        Penyakit amandel biasanya disebabkan oleh kelenjar tonsil yang membengkak akibat serangan basil fusiformis dan basil spirila. Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada permukaan selaput tonsil selaput lender. Namun bila telah parah dapat merusak jaringan amandel.

        1. Sambilotos

















        a. Nama
        Nama ilmiah : andrographis panikulata
        Nama daerah : papaita ( Sumatra);dank i oray, ki peurat, ki ular, takilo, bidara,
        sadilata, sambilata, atau takila( jawa)
        Nama asing : chuan xin lien ( cina)

        b. Kandungan obat
        Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan homoandrografolid. Juga terdapat flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan damar. Flavotioid diisolasi terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon, andrografin, pan.ikulin, mono-0- metilwithin, dan apigenin-7,4- dimetileter.

        c. Cara hidup menanamnya dan membudidayakannya.
        sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lernbap,atau di pekarangan. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Terna semusim, tinggi 50 – 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus yang membesar. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Perbungaan rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung batang atau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk tabung;kecil- kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah mernbujur menjadi 4 keping-Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya cokelat muda. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.
        Syarat Tumbuh
        Iklim • Ketinggian tempat : 1 m - 700 m di atas permukaan laut • Curah hujan tahunan 2.000 mm - 3.000 mm/tahun • Bulan basah (di atas 100 mm/bulan): 5 bulan - 7 bulan • Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 4 bulan - 7 bulan • Suhu udara : 250 C - 320 C • Kelembapan : sedang • Penyinaran : sedang
        Tanah • Tekstur : berpasir • Drainase : baik • Kedalaman air tanah : 200 cm - 300 cm dari permukaan tanah Kedalaman perakaran : di atas 25 cm dari permukaan tanah Kemasaman (pH) : 5,5 - 6,5 •
        Kesuburan : sedang - tinggi
        Pedoman Bertanam
        Pegolahan Tanah
        Buatkan lubang tanam berukuran 25 cm x 25 cm x 25 cm
        Persiapan bibit Biji
        disemaikan dalam kantong plastik.
        Penanaman Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah
        disediakan dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m

        d. cara pengolahan agar jadi obat herbal yang efektif
        Cuci, potong-potong seperlunya, lalu keringkan.Untuk obat yang diminum, rebus herba kering (10-20 g), atau giling halus menjadi bubuk, lalu seduh.
        Untuk pemakaian luar, rebus herba segar, lalu gunakan airnya untuk mencuci atau giling halus dan bubuhi ke tempat yang sakit, seperti digigit ular berbisa, gatal-gatal, bisul, radang kulit bernanah, abses, kudis, jamur kulit dan luka bakar.

        e. Dosis /takaran
        Herba kering sebanyak 10 - 20 g direbus atau herba kering digiling halus menjadi bubuk lalu diseduh, minum atau 3 - 4 kali sehari, 4 - 6 tablet.
        Contoh: Disentri basiler, diare, radang saluran napas, radang paru, Herba kering sebanyak 9 - 15 g direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring. Air rebusannya diminum sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.
        TB paru Daun sambiloto kering digiling menjadi bubuk. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk rata lalu dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Pil ini Ialu diminum dengan air matang. Sehari 2 - 3 kali, setiap kali minum 15 - 30 pil.

        f. Indikasi untuk jenis penyakit
        Hepatitis, infeksi saluran empedu, disentri basiler, tifoid, diare, ; Influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, malaria, ; Radang paru (pneumonia), radang saluran napas (bronkhitis),; Radang ginjal akut (pielonefritis), radang telinga tengah (OMA), ; Radang usus buntu, sakit gigi, demam, kencing nanah (gonore),; Kencing manis (diabetes melitus), TB paru, skrofuloderma,; Batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma), leptospirosis,; Darah tinggi (hipertensi), kusta (morbus hansen=lepra),; Keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut,; Kanker:penyakit trofoblas, kehamilan anggur (mola hidatidosa),; Trofoblas ganas (tumor trofoblas), tumor paru.

        g. Kontra indikasi
        Fraksi etanol herba sambiloto mempunyai efek antihistaminergik. Peningkatan konsentrasi akan meningkatkan hambatan kontraksi ileum marmot terisolasi yang diinduksi dengan histamin dihidroksiklorida (Yufri Aidi, N.C. Sugiarso, Andreanus, AA.S., Anna Setiadi Ranti, Jurusan Farmasi FMIPA, ITB, Warta Tumbuhan Obat Indonesia vol. 3 No. 1, 1996)

        2. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia)
















        a. Nama
        Klasifikasi tanaman ini adalah sebagai berikut:
        Sinonim :Limonia aurantifolia Christm., Limon spinosum Mill., Citrus limonia Osbeck, Citrus lima Luman, Citrus spinosissima G.F.W. Meyer, Citrus acida Roxb., Citrus aurantium
        Kingdom :Plantae
        Divisio :Spermatophyta
        Subdivisio :Angiospermae
        Klas :Dicotyledonae
        Bangsa :Rutales
        Famili :Rutaceae
        Genus :Citrus
        Species :Citrus aurantiifolia (Cristm.) Swingle

        b. Kandungan obat
        Jeruk nipis Citrus aurantiifolia (Cristm.) Swingle mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat, misalnya: asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide.

        c. Cara hidup menanamnya dan membudidayakannya.
        Tanaman jeruk nipis merupakan pohon yang berukuran kecil, batangnya memiliki duri tajam dan banyak cabang-cabang kecil. Daunnya berbentuk bulat telur dan berstektur agak kaku. Panjang daun sekitar 4-6 cm. bagian tepi daun agak berlekuk ke atas. Sementara itu, tangkai daunnya kecil dan sempit. Bunga jeruk nipis berwarnah putih dan harum. Buahnya berbentuk agak bulat dengan ujungnya sedikit mengucap. Saat masih mudah, buah berwarnah hijau. Semakin tua, warna buah semakin hijau mudah atau kekuningan. Rasa buahnya asam segar.
        Syarat Tumbuh
        Iklim • Ketinggian tempat : 200 m - 1.300 m di atas permukaan laut • Curah hujan tahunan : 1.000 mm - 1.500 mm/tahun • Bulan basah (di atas 100 mm/bulan): 5 bulan - 12 bulan • Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 0 bulan - 6 bulan • Suhu udara : 200 C - 300 C • Kelembapan : sedang - tinggi •
        Penyinaran : sedang
        Tanah • Jenis : latosol, aluvial, andosol. • Tekstur : lempung berpasir lempung dan lempung liat • Drainase : baik • Kedalaman air tanah : 40 cm - 170 cm dari permukaan tanah • Kedalaman perakaran : di bawah 40 cm dari permukaan tanah • Kemasaman (pH) : 4 - 9 •
        Kesuburan : sedang – tinggi
        Pedoman Bertanam
        Pegolahan Tanah • Buatkan lubang tanam berukuran50 cm x 50 cm x 40 cm. • Tanah bagian atas dipisahkan dari tanah di bawahnya, kemudian diberi pupuk kandang. • Tanah bagian bawah dimasukkan kembali, kemudian disusul tanah bagian atas.
        Persiapan Bibit • Jeruk nipis dapat diperbanyak secara cangkok dan okulasi.
        Penanaman • Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. Jarak tanam 6 m x 6 m

        d. Cara pengolahan agar jadi obat herbal yang efektif
        Bagian utama yang digunakan adalah buah, tetapi daun, bunga, dan akar juga biasa digunakan sebagai obat.untuk pengobatan peras jeruk nipis (1-2 buah), Gunakan perasan tersebut tersendiri atau campur dengan bahan yang lainnya.untuk pemakaian luar, aduk air jeruk nipis dengan bahan lain, lalu kompreskan atau balurkan kebagian tubuh yang sakit, seperti amandel, demam pada anak-anak, sakit perut, diare, sakit gigi, nyeri haid, kepala pusing, rematik, kurap, ketombe, jerawat, clavus, terkilir, mengecilkan perut, mengecilkan pori-pori diwajah, dan membersihkan lemak di kulit wajah.

        e.Dosis / takaran
        Amandel: jeruk nipis diperas untuk diambil aimya, Cara menggunakan: diminum 2 hari sekali secara teratur.
        Malaria: 1 buah jeruk nipis, Cara menggunakan: diminum tiap pagi menjelang sarapan.
        Ambeien: 2 - 4 akar jeruk nipis, Cara menggunakan : diminum setiap sore secara teratur.

        f.Indikasi untuk jenis penyakit
        Amandel Malaria, Ambeien, Sesak Nafas, Influenza, Batuk; Sakit panas, Sembelit, Terlambat haid, perut mules saat haid; Disentri, Perut Mulas, Perut Mual, Lelah, Bau badan, Keriput wajah, menghentikan kebiasaan merokok. Air jeruk nipis juga dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit tenggorokan atau abses tenggorok.

        g.Kontra indikasi
        Lemon diyakini aman.tapi jus Lemon bisa menghitamkan gigi lebih dari jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan gigi.

         3. Cocor bebek
        a. Nama
        Nama umum : Sosor Bebek
        Nama : Kalanchoe pinnata (Lam) Per.
        Sinonim :Bryophyllum pinnatum, (L.f.) Oken.=B.
        germinans,Blanco.=B.pinnatum.(lamk.), Kurz.=Cotyledon paniculata,Blanco.=C. pinnata, Lamk.=C. rhizophyhylla,Roxb
        Familia :Crassulaceae
        b. Kandungan obat
        Cocor bebek mengandung asam malat, damar, zat lendir, magnesium malat, kalsium oksalat, asam formiat, dan tanin
        c. Cara hidup menanamnya dan membudidayakannya
        Cocor bebek adalah tanaman berair yang tidak suka banyak air alias senang kering. Cocor bebek hidupnya suka pada tempat yang panas 75% dengan cahaya yang banyak.Tanaman ini sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan. Perawatan yang tidak rumit bahkan sangat gampang.
        Warna daun hijau muda (kadang kadang abu-abu). Bunga majemuk, buah kotak. Bila dimakan cocor bebek rasanya agak asam dan dingin
        Cara menanam dengan melepas helai daun dan letakan di media tanam maka delam beberapa hari kemudian akan timbuh akar dan tunas baru di pangkal daun dan selanjutnya akan tumbuh menjadi tanaman dewasa.
        Media tanam terdiri dari dari campuran tanah pupuk, pasir, dan sekam bakar yang diaduk jadi satu. Pada dasar pot beri pacahan batu bata atau genting.Penyakit yang paling sering yaitu busuk akar atau daun. Hal tersebut terjadi karena tanaman tergenang air baik di dalam pot maupun di dasar pot. Cara mengetasi busuk akar yaitu dengan membuat darinase pada pot sehingga air tidak tergenang. Sedangkan hama yang sering meyerang cocor bebek adalah kutu putih dan ulat berkaki banyak dan semut.
        Kutu putih dapat diatasi dengan membuang kutu yang menempel kemudian disemprot dengan peptisida. Untuk ulat cukup dibuang saja sedangkan untuk semut, rendam pot dalam air sebentar semut-semut akan keluar atau ganti media tanam dengan yang baru.

        d. Cara pengolahan agar jadi obat herbal yang efektif
        Luka : Daun cocor bebek secukupnya diparut atau ditumbuk. Tambahkan sedikit air dan balurkan pada bagian tubuh yang mengalami luka. Ganti setiap tiga jam sekali.
        Perut mulas: Beberapa helai daun dadap serep ditumbuk dengan beberapa lembar daun cocor bebek. Beri sedikit air. Kemudian balurkan ramuan tersebut pada perut.Menurunkan demam: Lumatkan daun cocor bebek, lalu balurkan pada dahi. Gunakan dua kali sehari.
        Bisul atau memar: Hancurkan 30-60 gram daun cocor bebek kemudian peras. Tambahkan madu dan diminum. Sisa daun ditempelkan pada bagian yang sakit.
        Radang telinga luar: Lumatkan 5-10 daun cocor bebek, peras. Airnya digunakan sebagai obat tetes telinga.
        Radang amandel: Lumatkan 5-10 daun cocor bebek. Ambil airnya dan gunakan sebagai obat kumur.

        e. Dosis (takaran)
        Untuk mengobati luka dengan menggunakan daun cocor bebek takarannya harus diganti setiap 3 jam sekali, untuk pelumas perut takarannya di gunakan dua kali sehari.

        f. Indikasi untuk jenis penyakit
        Cocor bebek digunakan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan sakit kepala, batuk, sakit dada, borok, dan penyakit kulit lainnya, menyembuhkan demam, memperlancar haid yang tidak teratur, obat luka, serta bisul.

        B. VITAMIN B6
        Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita. seperti vitamin B6. Di bawah ini adalah beberapa contoh makanan yang mengandung vitamin B6 yaitu:

         1. Pisang


















        a. Nama
        Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:
        Divisi : Spermatophyta
        Sub divisi :Angiospermae
        Kelas :Monocotyledonae
        Keluarga :Musaceae
        Genus :Musa
        Spesies :Musa spp.
        Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
        Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
        Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
        Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk.
        Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
        Pisang umumnya merupakan tanaman pekarangan, walaupun di beberapa daerah sudah diperkebunan untuk diambil buahnya. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati, karena bukan buah musiman, buah pisang selalu ada setiap saat.

        b.Kandungan obat
        gizi, hampir tidak mengandung lemak dan mudah dicerna. Karbohidrat didalam pisang sekitar 23-35%, lemak 0.2% dan seperti bahan nabati lainnya, pisang bebas kolesterol. Sebanyak 100 gram pisang akan memberikan kalori sebesar 120 kalori. Buah ini juga kaya kalium dan mengandung magnesium,selenium, besi dan vitamin-vitamin serta bebas natrium. Pisang kaya dengan vitamin B-6 yang dibutuhkan untuk kesehatan mental seseorang. Kekurangan vitamin B-6 ini dapat menyebabkan seseorang mudah lelah dan marah serta susah tidur. Mengkonsumsi satu setengah buah pisang setiap hari akan mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin B-6 ini. Menyantap makanan kaya kalium dan vitamin B6,

        c. cara hidup menanamnya dan membudidayakannya
        Syarat tumbuh
        Iklim
        Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan
        Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
        Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
        Media Tanam
        Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
        Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 - 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
        Ketinggian Tempat
        Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
        Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
        Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
        Media Tanam
        Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
        Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 - 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.

        d. Cara pengolahan agar jadi obat herbal yang efektif
        Untuk minum, gunakan tepung pisang sebanyak 1-2 sendok makan sebelum makan dan pada saat mau tidur.Untuk pemakaian luar, gunakan hati batang pisang untuk obat luka baru, daun pisang muda untuk menyejukkan penderita demam, mata terasa panas, dan luka bakar, serta cairan bonggol untuk penyubur rambut. Giling halus daun, akar, atau bonggol pisang yang segar, lalu turapkan pada kelainan, seperti bisul, radang kulit bernanah (piodermi), radang telinga, luka bakar, dan bengkak.

        e. Dosis / takaran
        Contoh:
        penyubur rambut
        untuk rambut yang halus dan kemerahan, keramaslah dengan sampoh yang di buat sendiri. Caranya, jemur kulit pisang mas sebanyak 5 buah sampai kering, lalu buat jadi serbuk. Tambahkan satu butir telur ayam yang diambil merahnya saja dan 1 cangkir air bersih, sampai aduk merata. Gunakan untuk keramas, lalu bilas dengan air bersih.
        Sariawan
        Kupas kulit tiga buah pisang klutuk yang telah masak, lalu tambahkan tiga buah pisang klutuk mentah beserta kulitnya yang dipotong kecil-kecil. Giling semuanya sampai lumat. Campurkan dengan satu buah mengkudu yang juga telah digiling halus. Perasa dan saring campuran tadi, lalu embunkan semalaman. Keesokan paginya, minum habis cairan tadi. Lakukan setiap hari sampai sembuh.

        f. Indikasi untuk jenis penyakit
        Sariawan, kanker, nyeri pada persendian, arthritis, mengurangi resiko terjadinya peningkatan tekanan darah dan stroke, diabetes mellitus, kutil (wart), migrain, hipertensi sekunder, rambut tipis dan jarang, luka bakar, tersiran air panas, dan kemerahan pada kulit (rash).

        2. Petai Cina
















        a. Nama
        NamaLokal
        Petai cina : (Indonesia),
        Kemlandingan : Lamtoro (Jawa);
        Palanding : Peuteuy selong (Sunda),
        Kalandingan : (Madura);
        Petai cina (Leucaena leucocephala) adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar.
        b. Kandungan obat
        kandungan kimia : Biji dari buah polong petai cina (Leucaena leucocephala) yang sudah tua setiap 100 gram mempunyai nilai kandungan kimia berupa : - Kalori 148 kalori, - Protein 10,6 gram, - Lemak 0,5 gram, - Hidrat arang 26,2 gram, - Kalsium 155 miligram, - fosfor 59 gram, - Zat besi 2,2 gram, - Vitamin A 416 SI, - Vitamin B1 0,23 miligram - Vitamin C 20 miligram.

        c. Cara hidup menanangnya dan membudidayakannya
        Petai cina (Leucaena leucocephala) adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai cina termasuk buah polong, berisi biji-biji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya. Petai cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Petai cina di Indonesia hampir musnah setelah terserang hama wereng. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang.

        d.Cara pengolahan agar jadi obat herbal yang efektif
        Diabetes Melitus
        Bahan: Biji petai cina yang sudah tua dan kering;cara membuat: digoreng tanpa minyak dan ditumbuk halus (dibuat bubuk). Kemudian ambil 1 sendok dan diseduh dengan air panas
        (seperti membuat kopi).cara Menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas dan dilakukan secara teratur.
        Cacingan
        Bahan: Biji petai cina yang sudah tua dan kering; cara membuat: digoreng tanpa minyak dan ditumbuk halus (dibuat bubuk). Kemudian ambil 1 sendok dan diseduh dengan ½ - 1 gelas air panas (seperti membuat kopi).cara menggunakan: diminum menjelang tidur malam.
        Meningkatkan gairah seks
        Bahan: 1 sendok petai cina, 1 sendok bubuk merica hitam, 2 butirkuning telur ayam kampung mentah dan 1 sendok madu; cara membuat: semua Materials tersebut dioploss ampai merata cara Menggunakan: diminum sekaligus
        Luka baru dan bengkak
        Bahan: daun petai cina secukupnya cara membuat: ditumbuk halus atau dikunyah, cara Menggunakan: ditempelkan pada bagian yang luka / bengkak
        Tlusuben (benda-benda yang masuk ke dalam daging: kayu, bambu)Bahan: daun petai cina yang masih muda dan terasi dapur; Cara membuat: daun petai cina ditumbuk halus dan ditambah terasi dapur secukupnya, diaduk sampai merata; cara Menggunakan: ditempelkan pada bagian yang sakit, kemudian dibalut dengan kain pembalut.

        e. Dosis (takaran)
        petai merupakan salah satu jenis biji-bijian yang pasti mengeluarkan gas sulfur yang bisa menimbulkan aroma tak sedap di mulut. untuk itu untuk mengomsumsi petai harus di patasi setidaknya 3 hari sekali untuk mencegah bau mulut akibat gas sulfa yang ada pada petai.
        Untuk luka baru dan bengkak karena cara pengobatannya secara oral maka di berikan terus menerus sesuai dengan besar kecilnya area luka, sampai sembuh, tapi harus di perhatikan personal hygienenya. Lain halnya dengan tlusuben karena ini lukanya bersifat dalam maka cara pengobatannya di tempelkan pada bagian luka yang sakit kemudian dibalut dengan kain pembalut, hal ini di berikan cukup banyak agar jaringan yang hancur bisa secepatnya melakukan perbaikan, dan harus di perhatikan pada saat membalut jangan terlalu kencang agar udara bisa masuk. Hal ini dilakukan minimal 2 kali sehari.

        f. Indikasi untuk jenis penyakit
        Diabetes melitus, Cacingan, Gairah seks, Luka baru dan bengkak; Tluseben (kasura). Dan lain-lain

        3. Alpukat
        a. Nama
        Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
        Divisi :Spermatophyta
        Anak divisi :Angiospermae
        Kelas :Dicotyledoneae
        Bangsa :Ranales
        Keluarga :Lauraceae
        Marga :Persea
        Varietas :Persea americana Mill
        b. Kandungan obat
        Alpukat atau avokad memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Alpukat atau avokad setidaknya mengandung 11 vitamin dan 14 mineral yang bermanfaat. Alpukat kaya akan protein, riboflavin (atau dikenal sebagai vitamin B2), niasin (atau dikenal sebagai vitamin B3), potasium (atau lebih dikenal sebagai kalium), dan vitamin C.
        Selain itu alpukat mengandung lemak yang cukup tinggi. Namun jangan takut karena lemak pada alpukat mirip dengan lemak pada minyak zaitun yang sangat sehat. Lemak yang dikandung dalam alpukat adalah lemak tak jenuh yang berdampak positif dalam tubuh. Lemak pada alpukat juga digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetik.
        Berikut ini penjelasan beberapa zat dalam alpukat atau avokad yang bermanfaat bagi tubuh kita:
        Vitamin E dan Vitamin A
        Vitamin E dikenal sebagai vitamin yang berguna untuk menghaluskan kulit. Campuran vitamin E dan vitamin A sangat berguna dalam perawatan kulit. Kombinasi vitamin E dan vitamin A membuat kulit menjadi kenyal, menghilangkan kerut, membuat kulit terlihat muda dan segar.
        Potasium dan kalium
        Potasium (dikenal juga sebagai kalium) yang ada dalam alpukat dapat mengurangi depresi, mencegah pengendapan cairan dalam tubuh dan dapat menurunkan tekanan darah.
        Lemak tak jenuh
        Dalam alpukat ada lemak nabati yang tinggi yang tak jenuh. Lemak ini berguna untuk menurunkan kadar kolesterol darah (LDL), yang berarti dapat mencegah penyakit stroke, darah tinggi, kanker atau penyakit jantung. Lemak tak jenuh pada alpukat juga mudah dicerna tubuh sehingga dapat memberikan hasil maksimal pada tubuh. Lemak tak jenuh pada alpukat juga mengandung zat anti bakteri dan anti jamur.
        Asam oleat
        Asam oleat merupakan antioksidan yang sangat kuat yang dapat menangkap radikal bebas dalam tubuh akibat polusi. Radikal bebas dalam tubuh akan menimbulkan berbagai macam keluhan kesehatan.
        Vitamin B6
        Vitamin ini berkhasiat untuk meredakan sidrom pra-haid atau pra-menstruasi (PMS) yang umumnya diderita wanita setiap bulan.
        Zat besi dan tembaga
        Zat ini diperlukan dalam proses regenerasi darah sehingga mencegah penyakit anemia.
        Mineral mangaan dan seng
        Unsur ini bermanfaat untuk meredakan tekanan darah tinggi, memantau detak jantung dan menjaga fungsi saraf tetap terjaga.

        c. Cara hidup menanamnya dan membudidayakannya
        Pola Penanaman
        Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietas varietasnya.Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.
        Pembuatan Lubang Tanam
        Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
        Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.
        Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
        Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.
        Cara Penanaman
        Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
        Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
        Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.
        Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
        Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat mirin dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu
        Pemeliharaan Tanaman
        Penyiangan
        Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.
        Penggemburan Tanah
        Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.
        Penyiraman
        Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
        Pemangkasan Tanaman
        Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau ranting ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
        Pemupukan
        Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akarakar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program
        pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun.
        Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.

        d.Cara pengolahan agar jadi obat herbal yang efektif
        Sariawan Sebuah isi (daging buah) alpukat yang sudah masak diberi 2sendok makan madu murni, diaduk merata lalu makan. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
        Kencing batu. Daun alpukat 4 lembar, 3 buah rimpang teki, 5 tangkai daun randu, setengah biji pinag, 1 buah pala, 3 jari gula enau, dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 ¼gelas.
        Darah tinggi, sakit kepala. Tiga lembar daun alpukat dicuci bersih lalu diseduh dengan 1 gelas air panas. Minum setelah dingin.
        Kulit muka kering. Buah diambil isinya lalu dilumatkan sampai seperti bubur. Dipakai untuk masker, dengan cara memoles muka yang kering. Muka dibasuh dengan air setelah lapisan masker tersebut mengering.
        Sakit gigi berlubang. Lubang pada gigi dimasuki biji alpukat.
        Bengkak karena peradangan. Bubuk dari biji secukupnya ditambah sedikit air sampai menjadi adonan seperti bubur, balurkan ke bagian tubuh yang sakit.
        Kencing manis. Biji dipanggang diatas api, dipotong kecil-kecil, kemudian digodok dengan air sampai airnya menjadi coklat. Saring, minum setelah dingin.
        Teh daun alpukat. Untuk menghilangkan rasa sakit kepala, bengkak pada saluran napas, rasa nyeri syaraf (neuralgia) dan datang haid tidak teratur
        Nyeri syaraf dan nyeri lambung. Daun 3 – 6 lembar, diseduh atau direbus, minum.
        Saluran napas membengkak, menstruasi tidak teratur. Daun 3-6 lembar diseduh atau rebus, minum

        e. Dosis (takaran)
        Untuk pengobatan herbal, daun alpukat yang digunakan dalam mengobati kencing batu,Nyeri syaraf, Saluran napas membengkak, menstruasi tidak teratur, aturan pemakaiannya yaitu daun yang telah di masak atau di rebus harus di minum 3 kali ¾ gelas. Untuk sakit gigi perlu diberikan terus menerus sampai sembuh.

        f.Indikasi untuk jenis penyakit
        Sariawan, Kencing batu, Darah tinggi, sakit kepala, Kulit muka kering, Sakit gigi berlubang, Kencing manis, Nyeri syaraf dan nyeri lambung.

        Referensi
        http://oxana.blogdetik.com/2010/10/20/khasiat-dan-manfaat-petai-cina/
        http://rathey91.wordpress.com/2010/10/27/tanaman-obat/
        http://1obat-tradisional.com/alpukat
        Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Bandung: Sinar Baru
        Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V. Bandung: Sinar Baru.
        Hembing Wijayakusuma.H,M.2008. Ramuan Herbal Penurun kolesterol. Jakarta: Pustaka Bunda
        Setiawan Dalimartha,dr. 2005. Tanaman Obat Di Lingkungan sekitar. Cet 1-Jakarta: pustaka Swara
        Pinus Lingga. 2008. Resep-Resep Obat Tradisional. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Swadaya