Tumor otak merupakan pertumbuhan abnormal dari perkembangan asal, primer, metastatik, yang terjadi di dalam otak atau struktur penyokong. Tumor otak atau tumor intracranial dapat diartikan sebagai neoplasma atau proses desak ruang ( space occupying lession ) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial. Di dalam hal ini mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningens, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya.
Selain pengertian di atas, tumor otak juga mempunyai definisi sebagai neoplasma intracranial local. Tumor dapat timbul di setiap jaringan system saraf pusat (SSP) atau metastase dari tumor di tempat lain pada tubuh.Tumor otak merupakan lesi yang terletak pada intracranial yang menempati ruang di dalam tengkorak.
Klasifikasi tumor otak berkaitan dengan gradasi keganasan, meliputi :
- Grade I : deferensiasi sel 75-100 %
- Grade II : deferensiasi 50-75 %
- Grade III : deferensiasi 25-50 %
- Grade IV : deferensiasi 0-25 %
Jenis tumor otak pada lokasi spesifik, meliputi :
- Tumor pada system ventrikel
- Tumor pada daerah thalamus
- Tumor pada khiasma/Sella Tursika
- Tumor pada daerah pineal/epifise
- Tumor batang otak
- Tumor daerah serebelum
- Tumor congenital
- Tumor metastasis pada otak
- Granuloma
B. Etiologi
Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Tumor-tumor selalu tumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua kejadian patofisiologi sebagai berikut :
- Peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan edema serebral.
- Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologist vocal.
- Hidrosefalus
- Gangguan fungsi hipofisis.
Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20 % dari semua penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20 % sampai 40 % dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit ( melanoma ).
Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia ( sel glia membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medulla spinalis ) dan merupakan supratentorial ( terletak di atas penutup serebelum ). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya peningkatan TIK.
C. Patofisiologi
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intra cranial.
Gangguan fokal terjadi akibat tedapat penekanan pada jaringan otak dan ilfiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Peningkatan tekanan intra cranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalah tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa apabila terjadi dengan cepat.
D. Manifestasi Klinik
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.
Secara umum presentasi klinis pada kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari peninggian tekanan intracranial, namun sebaliknya gejala neurologis yang bersifat progresif, walaupun tidak jelas ada tanda-tanda peninggian tekanan intracranial, perlu dicurigai adanya tumor otak.
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papilema ( “choked disc” atau edema saraf optic ), perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan vocal motorik, sensorik dan disfungsi saraf kranial. Selain itu juga dapat muncul gangguan memori dan gangguan alam perasaan.
E. Penatalaksanaan
Modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakan-tindakan :
1. Terapi operatif
Tindakan operasi pada tumor otak ( khususnya yang ganas) bertujuan untuk mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi internal mengingat bahwa obat-obatan antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus-menerus.
2. Terapi konservatif ( nonoperatif ) :
- Radioterapi
Radioterapi untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan menggunakan sinar X dan sinar gamma, disamping juga radiasi lainnya seperti : proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson. Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh beberapa factor :
a. Terapi yang baik dan tuidak melukai struktur kritis lainnya,
b. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal,
c. Tipe sinar yang disinar,
d. Metastasis yang ada,
e. Kemampuan sel normal untuk repopulasi, dan
f. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antarfraksi radiasi.
- Kemoterapi
Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum mempunyai nilai keberhasilan yang bermakna sekali.
- Immunoterapi
Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi immunologi tubuh sehingga diharapkan dengan melakukan restorasi system imun dapat menekan pertumbuhan tumor.
F. Pengkajian Fokus
1. Demografi: nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, golongan darah, alamat dll.
2. Riwayat kesehatan:
a. Keluhan utama : sakit kepala pagi hari, anoreksia, nyeri, diare, muntah, papiladema, perubahan status mental dan malaise.
b. Riwayat kesehatan sekarang : kejang, gangguan berjalan, keburukan penglihatan, perubahan kepribadian, perubahan kemampuan mengingat, kelemahan vokal dan afasia
c. Riwayat dahulu : masalah pernapasan, masalah eliminasi dan berkemih, gangguan tidur dan integritas kulit.
3. Pemeriksaan fisik :
a. Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis.
b. Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur.
c. Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
d. Jantung : bradikardi, hipertensi.
e. Sistem pernapasan : irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan napas, disfungsi neuromuskuler.
f. Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus.
g. Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial sekunder terhadap tumor.
2. Potensial terhadap defisit perawatan diri hygiene, makan, toileting, dan/atau mobilitas berhubungan dengan gangguan persepsi, kognitif, dan/atau neurologist.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan edema sekitar tumor
4. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
H. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial sekunder terhadap tumor.
Intervensi :
a. Dapatkan dan catat riwayat dari tanda dan gejala, pantau tanda kemajuan.
b. Kaji tanda kesadaran tiap 4 sampai 5 jam ( gunakan skala Glasgow untuk pengkajian cepat )
c. Kaji kualitas dan kekuatan otot-otot wajah dan ekstremitas setiap 4 sampai 5 jam.
d. Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan, dan lakukan pemeriksaan neurologi setiap 2 sampai 4 jam.
e. Pantau terhadap dan lakukan tindakan ketika terjadi tanda peningkatan intracranial.
f. Pertahankan tindakan kewaspadaan kejang.
g. Gunakan pagar tempat tidur dengan bantalan.
h. Gunakan restrain yang lembut.
i. Pertahankan lingkungan yang tenang.
j. Periksa suhu rectal setiap 2 sampai 4 jam.
k. Berikan obat-obatan sesuai pesanan.
l. Pantau terhadap tanda perubahan mental dan kepribadian.
Hasil yang diharapkan :
- Pasien memperlihatkan peningkatan atau perfusi jaringan serebral menjadi normal.
- Tanda neurologist dalam batas yang dapat diterima.
- Pasien berorientasi dan sadar.
- Tidak terdapat tanda TIK.
2. Potensial terhadap deficit perawatan diri : hygiene, makan, toileting, dan/atau mobilitas berhubungan dengan gangguan persepsi, kognitif, dan/atau neurologis.
Intervensi :
a. Kaji derajat ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas : mandi, makan, toileting, dan mobilitas.
b. Pantau terhadap tanda ketidakmampuan progresif.
c. Bantu saat melakukan perawatan hygiene fisik sesuai indikasi.
d. Lakukan hygiene oral.
e. Lakukan perawatan kulit.
f. Biasakan pasien dengan lingkungan sekitar bila pandangan mata dan/atau lapang pandang mengalami gangguan .
g. Pastikan terhadap eliminasi.
h. Gunakan kateter indwelling atau kateter kateter eksternal sesuai indikasi.
i. Lakukan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan.
j. Pastikan pasien menghindari konstipasi dan mengejan dengan menggunakan pelunak feses dan laksatif ringan.
k. Ambulasi sesuai toleransi ; Bantu sesuai kebutuhan dengan menggunakan kursi roda, alat bantu jalan, atau tongkat.
l. Bila pasien tidak mampu untuk ambulasi, Bantu dan ajarkan pasien untuk berbalik, batuk, dan nafas dalam setiap 2 jam.
m. Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat.
n. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif pada semua ekstremitas setiap 4 sampai 5 jam.
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan edema sekitar tumor.
Intervensi:
a. Berikan ruang yang tenang, ruang yang agak gelap sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sesnsitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat / relaksasi.
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
Rasional: menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
c. Letakkan kantung es pada kepala, akan dingin di atas mata.
Rasional: meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.
d. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman.
Rasional: menurunkan adanya iritasi, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
Hasil yang diharapkan:
Nyeri hilang / terkontrol
Klien rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktifitas dengan tepat.
4. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah
Intervensi:
a. Tingkatkan intake makanan melalui:
i. Mengurangi gangguan dan lingkungan seperti berbisik dan sebagainya.
ii. Jaga privasi klien.
iii. Jaga kebersihan ruangan.
Rasional: secara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.
b. Jaga kebersihan mulut klien.
Rasional: mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
c. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
d. Berikan feedback yang positif tentang peningkatan intake berat badan
Rasional: meningkatkan kepercayaan untuk meningkatkan makan
Hasil yang diharapkan:
Terjadi peningkatan BB sesuai batasan waktu
Peningkatan status gizi
DAFTAR PUSTAKA
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A., Loraine M Wilson. 1995. Patofisiologi, konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Satyanegara. 1998. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & suddarth. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin . 1998. Standar Perawatan Pasien : proses perawatan, diagnosis,dan evaluasi. Jakarta : EGC
www.google.com copyright© www.medicastore.com 2004_tumor otak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar